Makalah Pemasaran Bibit Kelapa Sawit Varietas Topaz Mata Kuliah Komunikasi Bisnis
BAB
I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
` Menurut data departemen pertanian pada tahun
2013 luas perkebunan kelapa sawit nasional adalah 10.465.020 Ha dan
diperkirakan pada tahun 2014 akan mencapai 10.956.231 Ha. Rata-rata laju
pertumbuhan lahan kelapa sawit nasional mulai tahun 2004 hingga 2014 mencapai
7,67%.
Sementara produksi CPO nasional pada tahun 2013 telah mencapai
20.577.976 ton dengan rata-rata laju pertumbuhan produksi dari tahun 2003
sampai 2013 sebesar 12,94%.
Faktor pertumbuhan
penduduk dan tingginya permintaan CPO oleh pasar global terutama industri
pangan, kosmetik, farmasi dan sumber bahan bakar alternatif menjadikan
perkebunan kelapa sawit berkembang sangat pesat. Untuk pamanfaatan limbahnya
dapat dijadikan bahan baku untuk industri mebel, oleokimia, hingga pakan
ternak. (Fauzi Yan. dkk, 2014)
Pemasaran merupakan
ujung tombak kegiatan usaha atau bisnis. Suatu rangkaian proses bisnis pada
akhirnya membutuhkan pemasaran yang efisien. Penanganan yang profesional serta
efektivitas dalam menjalankan strategi pemasaran itu sendiri akan berperan dan
berpengaruh dalam menyalurkan dan menciptakan nilai produk tersebut.
1.2.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perkembangan bibit
varietas Topaz di Provinsi Riau
2. Untuk mengetahui penyediaan bibit
varietas Topaz di Provinsi Riau.
3. Untuk menetapkan strategi pemasaran
berdasarkan alat analisis SWOT terhada bibit varietas Topaz di Provinsi Riau.
1.3.
Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Sebagai dasar bagi penetapan strategi
pemasaran bibit Topaz bagi pelaku usaha pembibitan kelapa sawit baik dalam
skala kecil maupun perusahaan.
2. Pengembangan lebih lanjut terhadap
varietas Topaz, sehingga mampu menghasilkan produktifitas kelapa sawit yang
lebih besar dan tentunya akan menguntungkan petani serta subyek yang terlibat
di perusahaan.
3. Sebagai bahan pembelajaran bagi
masyarakat untuk mengetahui perkembangan bibit Topaz.
BAB
II PEMBAHASAN
2.1.
Gambaran Umum Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit
berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun, ada sebagian pendapat yang justru
menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari kawasan Amerika Selatan, yakni
Brasil. Hal ini karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan
Brazil dibandingkan dengan di Afrika. Namun pada kenyataannya, tanaman kelapa
sawit hidup subur di luar daerah asalnya seperti di Indonesia, Malaysia dan
Thailand. Bahkan, mampu memberikan produksi per hektar yang lebih tinggi.
Bagi
Indonesia, kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan
nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada
kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Hal ini
dikarenakan Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit dunia,
dengan luas areal kelapa sawit terluas di dunia, sebesar 34,18% dari luas areal
kelapa sawit dunia. Produksi rata-rata kelapa sawit Indonesia tahun 2004-2008
tercatat sebesar 75,54 juta ton tandan buah segar (TBS) atau 40,26% dari total
produksi kelapa sawit dunia (Yan, dkk. 2014)
2.2.
Gambaran Umum Bibit Topaz
Dasar pendirian OPRS
Topaz pertama kali dilaksanakan pada tahun 1992 dengan seleksi dan persilangan
antara induk kelapa sawit di Costa Rica. Induk kelapa sawit yang unggul ini
kemudian ditanam di kebun Topaz pada tahun 1996. Sebagai produsen bibit, tujuan
utama dari OPRS Topaz adalah untuk memproduksi bibit dengan kandungan minyak
yang tinggi dan karakteristik bawaan yang diinginkan melalui suatu program
perbanyakan yang sistematis dan berkelanjutan. Program-program perbanyakan ini
dilaksanakan dengan dukungan dari ahli lokal maupun luar yang berpengalaman
sebagai “breeders” dan “researchers” kelapa sawit.
Dalam melakukan proses seleksi
benih, Menggunakan tetua dura terseleksi sejumlah 228 keturunan inbred lines
dura Deli (DxD) yang berasal dari lembaga riset ternama seperti Mardi Serdang
(Malaysia), OPRS Banting (Malaysia), OPRS Dami (Papua New Guinea), Stasiun
Riset Chemara (Malaysia), Socfin Johor Labis (Malaysia), dan San Alejo
(Honduras), serta tetua pisifera terseleksi sejumlah 50 keturunan yang berasal
dari AVROS H&C (Malaysia), AVROS Dami (PNG), Ghana & Nigeria
(Kade-Ghana), Ekona, La Me dan Yangambi (IRHO / CIRAD).
Proses pengumpulan tepung sari dari
tetua pisifera dan penyerbukan pada bunga betina dilakukan dengan ketelitian
yang sangat tinggi. Kemudian dilanjutkan dengan menjaga kemurnian benih yang
dihasilkan. Standar seleksi yang tinggi dan kontrol kualitas yang ketat akan
memberikan jaminan bahan tanaman yang dihasilkan berkualitas tinggi .Jaminan
kualitas diwujudkan melalui implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000,
selain itu untuk jaminan ramah lingkungan, Asian Agri Group telah menerapkan
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004.
Penelitian telah dilakukan oleh OPRS
Topaz terhadap sejumlah 440 projeni DxP yang berasal dari persilangan antara
223 dura Deli dengan 50 pisifera pada 3 lokasi dengan jenis tanah berbeda yaitu
: tanah organik / alluvial, gambut dangkal dan gambut dalam, dengan luas areal
percobaan lebih dari 600 hektar di Sumatera Utara dan Riau dengan total areal
seluas 25 % berada di tanah organik/ alluvial dan 75 % pada tanah gambut.
Selain mampu beradaptasi dengan baik
pada lahan gambut, benih DxP Topaz juga memiliki potensi hasil minyak yang
tinggi, produksi TBS yang tinggi mulai panen pertama (29 bulan setelah tanam),
rendemen minyak yang tinggi, pertumbuhan meninggi yang lambat, toleran terhadap
kekeringan, tahan terhadap penyakit Fusarium Wilt.
Hasil pengujian varietas DxP Topaz
di lahan gambut Topaz-Riau menunjukkan bahwa pada tanaman yang ditanam bulan
Mei 2003 pada tahun 2006/2007 telah mampu menghasilkan rata-rata 27,6 ton
TBS/ha/thn (TM-2).
Tetua-tetua dura yang terpilih untuk
menghasilkan benih adalah dari keturunan dura Deli yang dikembangkan di lembaga
riset Dami, Chemara, Harrisons & Crossfield, sedangkan tetua tetua pisifera
terpilih adalah keturunan Nigeria, Ekona, Ghana, dan Yangambi. Pada tahun 2004
produksi benih sekitar 2,5 juta kecambah, dan ditingkatkan hingga mencapai 12
juta kecambah pada tahun 2008.
2.3.
Strategi Pemasaran Bibit Topaz
Strategi pemasaran
adalah strategi yang disatukan, luas, terintegrasi, dan komprehensif yang
dirancang untuk memastikan bahwa tujuan dari perusahaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan pemasaran yang tepat oleh organisasi. Strategi pemasaran dapat
didekati dengan konsep bauran pemasaran atau marketing mix (McCarthy dalam
Kotler, 2002:18), yang merupakan kumpulan variabel produk (product),
harga (price), saluran distribusi (place),
dan promosi (promotion).
Strategi pemasaran pada
dasarnya adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu dibidang pemasaran
yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan agar tercapainya
tujuan pemasaran suatu perusahaan. Strategi pemasaran dapat juga diartikan
sebagai serangkaian tujuan, sasaran, kebijakan, dan aturan yang memberi arah
kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu pada masing-masing
tingkatan dan acuan, serta alokasinya sebagai tanggapan perusahaan dalam
menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah (Assauri,
2007:168).
2.3.1.
Marketing Mix Bibit Topaz
Menurut Kotler
(2002;18), bauran pemasaran (marketing mix)
adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahan untuk terus-menerus
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Alat-alat tersebut dapat
digunakan untuk menyusun strategi jangka panjang dan merancang program taktik
jangka pendek. Swastha dan Sukotjo (2002;193) menyatakan bauran pemasaran
adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari
sistem pemasaran perusahaan, yakni produk, harga, kegiatan promosi, dan sistem
distribusi. Keputusan-keputusan dalam bauran pemasaran dapat dikelompokkan
menjadi empat elemen yang biasa disebut 4P pemasaran : produk (product),
harga (price), distribusi (place),
dan promosi (promotion),
Gambar 1 menjelaskan mengenai marketing mix.
3.3.1.1.
Produk
Produk yang dihasilkan
berupa bibit kelapa sawit umur 12 bulan (telah melalui fase pembibitan pre
nursery dan main nursery) dengan beberapa kemasan yang melekat yaitu polybag
dan tanah top-soil sebagai media pertumbuhannya.
Produk
bibit kelapa sawit ini dipasarkan dengan memangkas sebagain dahan yang panjang
dan disisakan pada ujung dahan. Hal ini untuk memperkecil biaya transportasi
akibat penambahan berat beban bibit selama diangkut menggunakan truk.
2.3.1.2.
Tempat
Tempat
produksi bibit kelapa sawit varietas Topaz adalah di lahan seluas 2 hektar
dengan sarana dan prasarana yaitu berupa alat penyiram springkler, pipa
distribusi, pipa utama, sumur sebagai sumber air, bak penampungan air dan pagar
pembatas untuk menangani sejumlah hama pengganggu.
3.3.1.3.
Harga
Untuk
harga bibit kelapa sawit varietas Topaz terbaru yang memiliki sertifikat resmi
adalah seharga Rp 45.000 per bibit. Harga ini belum termasuk biaya pengiriman
melalui angkutan truk menuju tempat penanaman bibit di kebun.
Harga
yang ditawarkan seragam, tanpa adanya perbedaan kualitas pada tiap bibit. Hal
ini bertujuan untuk menjaga brand dan kepercayaan konsumen atas produk bibit
kelapa sawit ini, sehingga akan membentuk persepsi yang baik diantara konsumen.
2.3.1.4.
Promosi
Promosi
yang dilakukan antara lain memperluas jangkauan distribusi melalui media sosial
seperti Facebook, Twitter dan BBM. Selain itu, pemanfaatan website untuk
pemasaran lebih efektif menjangkau kalangan petani di perkotaan. Untuk menjangkau
petani pedesaan, promosi dilakukan melalui siaran radio dan televisi lokal yang
mampu diakses oleh mayoritas petani di pedesaan dengan akses yang terbatas
dengan jaringan luar.
2.3.2.
Segmentasi, Targetting dan Positioning
Menurut Rangkuti
(2008:49) unsur-unsur pemasaran
dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama, yaitu :
1.
Segmentasi pasar :
adalah tindakan mengidentifikasi dan
membentuk kelompok pembeli atau
konsumen secara terpisah.
Masing-masing segmen konsumen ini
memiliki karateristik, kebutuhan
produk, dan bauran pemasaran tersendiri.
2.
Targetting: adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar
yang akan dimasuki.
3.
Positioning : adalah penetapan
posisi pasar. Tujuan
positioning ini adalah untuk membangun
dan mengkomunikasikan keunggulan
bersaing produk yang ada di pasar
ke dalam benak konsumen.
Menurut Kartajaya
(2003:103), yang dimaksud dengan strategi pemasaran pada dasarnya
adalah STP (Segmentation, Targetting
dan Positioning). Segmentasi adalah
membagi pasar menajadi dari
yang sifatnya homogen menjadi bersifat heterogen. Ada tiga
cara dalam membagi pasar yaitu berdasarkan demografi (who
to buy), berdasarkan
psikografi (why to buy), dan
berdasarkan perilaku (how to
buy). Targetting adalah
proses mengevaluasi daya
tarik setiap segmen pasar
dan memilih satu
atau beberapa segmen
pasar untuk dimasuki.
Terdapat lima cara
dalam menentukan target pasar. Perusahaan dapat menyatakan bahwa semua orang
(everyone) sebagai sasaran pasar, memilih orang yang cocok (suitable one),
memilih orang dalam
jumlah banyak (a
few good ones)
atau melayani pelanggan sebagai
orang penting (someone)
bagi perusahaan. Positioning adalah
menawarkan produk yang terdiferensiasi kepada pasar sasaran dengan mengutamakan
keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan.
2.3.3.
Segmentasi Pasar Bibit Topaz
Pasar
untuk bibit kelapa sawit dengan varietas Topaz lebih disukai di provinsi Riau, karena
sangat sesuai dengan kondisi tanah gambut milik provinsi Riau. Sebanyak 440
turunan DXP, yang berasal dari persilangan dari 223 Deli Dura dengan 50
Pisifera, telah diuji di 3 lokasi dan jenis tanah yang berbeda (alluvial,
gambut dangkal dan gambut dalam) dengan luas lebih dari 600 Ha di Riau (25%
pada tanah alluvial dan 75% pada tanah gambut).
Segmentasi
pasar dilakukan oleh peneliti balai bibit, untuk menyesuaikan bibit kelapa
sawit dengan kondisi iklim dimana bibit akan ditanam. Oleh karena itu,
segmentasi pasar dilakukan berdasarkan hasil penelitian untuk menyesuaikan
bibit dengan kondisi iklim lahan yang menjadi tempat tumbuh bibit.
2.4.
Analisis SWOT Usaha Pembibitan Topaz
2.4.1.
Strength (Kekuatan)
Kelebihan dari usaha
pembibitan kelapa sawit dengan varietas Topaz adalah :
1.
Kandungan minyak yang tinggi
2.
Buah lebih cepat matang dan tingkat ekstrasi minyak yang tinggi
3.
Perlambatan pertumbuhan tinggi pohon.
4.
Tingkat adaptasi yang tinggi pada tanah gambut.
2.4.2.
Weakness (Kelemahan)
Beberapa kelemahan
usaha pembibitan kelapa sawit dengan varietas Topaz :
1. Harga yang tinggi tidak mampu
dijangkau oleh petani yang baru memulai usaha.
2. Pembibitan yang terpusat, menyulitkan
petani untuk memperoleh bibit secara lebih leluasa.
3. Pembelian hanya melayani dalam skala
besar, sehingga petani kecil tidak mampu membeli dalam jumlah sedikit karena
keterbatasan modal.
2.4.3.
Opportunity (Peluang)
Peluang
dari usaha pembibitan kelapa sawit dengan varietas Topaz adalah semakin
berkembangnya perkebunan kelapa sawit nasional. Jumlah alih fungsi lahan
menjadi perkebunan kelapa sawit sangat tinggi, ditambah semakin melonjaknya
harga CPO di pasar grobal, menjadikan prospek perkebunan kelapa sawit sangat
menjanjikan. Hal ini menjadi peluang besar bagi usaha pembibitan kelapa sawit
dengan varietas Topaz.
2.4.4.
Threat (Ancaman)
Ancaman
yang menjadi faktor penghalang adalah banyaknya persaingan bisnis usaha usaha
pembibitan kelapa sawit dengan varietas Topaz yang serupa dan bahkan menjual
dengan variasi harga yang jauh lebih murah. Hal ini menjadi ancaman yang biasa
dihadapi karena selain jenis pasarnya adalah pasar persaingan sempurna, bisnis
usaha pembibitan kelapa sawit dengan varietas Topaz ini juga mudah ditiru dan
relatif tidak memerlukan teknik atau kemampuan khusus dalam pelaksanaannya.
BAB
III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
analisis SWOT yang dilakukan terhadap usaha pembibitan kelapa sawit, dapat disimpulkan
:
1. Kelebihan dari usaha pembibitan
kelapa sawit dengan varietas Topaz adalah kandungan minyak yang tinggi, buah
lebih cepat matang, tingkat ekstrasi minyak yang tinggi, perlambatan
pertumbuhan tinggi pohon, tingkat adaptasi yang tinggi pada tanah gambut.
2. Kelemahan usaha pembibitan kelapa
sawit dengan varietas Topaz yakni harga yang relatif tinggi, pembibitan yang
terpusat, menyulitkan petani untuk memperoleh bibit secara lebih leluasa dan
sistem pembelian hanya melayani dalam skala besar, sehingga petani kecil tidak
mampu membeli dalam jumlah sedikit karena keterbatasan modal.
3. Peluang dari usaha pembibitan kelapa
sawit dengan varietas Topaz adalah semakin berkembangnya perkebunan kelapa
sawit nasional.
4. Ancaman yang menjadi faktor penghalang
adalah banyaknya persaingan bisnis usaha usaha pembibitan kelapa sawit dengan
varietas Topaz yang serupa dan bahkan menjual dengan variasi harga yang jauh
lebih murah
3.2.
Saran
Penelitian ini hanya
terbatas dalam ruang lingkup perumusan strategi pemasaran saja, sehingga
perlu adanya evaluasi
dalam implementasinya. Penelitian
selanjutnya diharapkan terfokus
pada aspek implementasi
dan evaluasi strategi pemasaran bibit varietas Topaz.
Memperkuat pola
kerjasama dengan perusahaan
BUMN maupun swasta
dalam menjalankan strategi pemasaran
yang ada khususnya
dalam mengembangkan pasar dan pengembangan produk.
DAFTAR
PUSTAKA
Kotler,
Philip. Manajemen Pemasaran.
Terjemahan. Edisi Kesebelas.
Jilid I. (Jakarta : PT Indeks,
2005)
Kotler,
Philip. Manajemen Pemasaran.
Terjemahan. Edisi Millenium.
Jilid II. (Jakarta : Prenhalindo,
2005)
Kotler,
Philip. Manajemen Pemasaran.
Terjemahan. Jilid I
Edisi Millenium. (Jakarta :
Prenhalindo, 2002)
Kotler, Philip.
Manajemen Pemasaran. Terjemahan.
Jilid I Edisi
Millenium. (Jakarta : PT Indeks,
2002)
Rangkuti, Fredy. Analisis SWOT
Teknik Membedah Kasus Bisnis : Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk
Menghadapi Abad 21, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2008)
Rangkuti, Fredy. Riset
Pemasaran. (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001) 119
Rangkuti, Fredy.
Riset Pemasaran dan
Perilaku Konsumen. (Jakarta
: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2000)
Gumbira, Said dan
Harizt Intan. Manajemen Agribisnis. (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004)