ULASAN SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KONSUMEN AKAN SAYURAN ORGANIK
ULASAN SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN
KONSUMEN AKAN SAYURAN ORGANIK
KONSUMEN AKAN SAYURAN ORGANIK
(Studi Kasus : Konsumen Sayuran Organik di Kota Medan)
MUHAMMAD REZA HARAHAP
1206112169
PRAKTIKUM
EKONOMI PRODUKSI
JURUSAN
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSIRTAS
RIAU
PEKANBARU
2014
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di dalam
masyarakat modern, pola hidup sehat menjadi salah satu ukuran standar
kualitas. Bukan
sekadar menyeimbangkan antara kesibukan dan olah raga. Tetapi,
pola hidup
sehat bisa dimulai dari konsumsi makanan. Semakin jauh makanan itu
dari kandungan
obat-obatan kimia atau pestisida, kemungkinan untuk meningkatkan standar hidup
sehat juga kian terbuka lebar. Itulah sebabnya, beberapa tahun terakhir
berkembang gerakan untuk mengembangkan produk pertanian yang bebas dari unsur
pestisida.
Dalam proses pengembangan komoditas, sedapat mungkin petani kembali ke
alam. Antara lain dengan menggunakan berbagai bahan penunjang dari
sumber-sumber yang ramah lingkungan. Inilah yang disebut sebagai pertanian
organik.
Pada awal latar
belakang, penulis menyampaikan beberapa alasan yang menjadi penyebab penulis
dalam meneliti permasalahan pertanian khususnya pada subsektor holtikultura
organik. Setelah itu, penulis menyajikan informasi dasar terkait perkembangan
sayuran organik di Indonesia.
Penulis secara runtut
dan kronologis menjelaskan faktor – faktor yang menyebabkan masyarakat dalam
mengkonsumsi sayuran organik, kecendrungan tren dalam masyarakat untuk
mengkonsumsi sayuran organik, ketidakseimbangan permintaan dan penawaran sayuran
organik serta prospek sayuran organik di Indonesia yang semakin terbuka cerah.
1.2
Identifikasi Masalah
Dalam identifikasi masalah, penulis
menyajikan beberapa daftar pertanyaan yang menyinggung tujuan penelitiannya,
yakni pertanyaan berupa implikasi dan karakteristik pengembangan sayuran
organik di Kota Medan. Strategi pengembangan sayuran organik, serta hubungan
berbagai variabel sosial ekonomi seperti umur, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga dalam mempengaruhi keputusan
konsumen dalam membeli sayuran organik. Secara umumu, penulis
telah menggunakan konsep 5W + 1H secara komprehensif sehingga pertanyaan yang
diajukan dapat menggambarkan arah penelitian lebih jelas sebelum masuk kedalam
pokok pembahasan.
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan jawaban dari
pertanyaan yang diajukan pada bagian identifikasi masalah. Pada bagian ini,
penulis mengemukakan tujuannya dalam melakukan penelitian. Tujuan yang
dikemukakan oleh penulis telah mampu menjawab pertanyaan dari identifikasi
masalah dan mampu mengarahkan penelitian menuju hasil akhir atau target yang
akan dicapai. Saya menilai pada bagian tujuan penelitian ini penulis telah
mendeskripsikan tujuan penelitian secara menyeluruh dan dapat mempermudah pembaca
alam memahami apa sebenarnya tujuan penulisan skripsi ini.
1.4
Kegunaan Penelitian
Dalam subbab kegunaan penelitian,
penulis mencoba menjelaskan kegunaan skripsi yang telah dibuatnya. Penulis
menyatakan bahwa skripsinya dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi
kalangan terutama yang bergerak di dalam sektor pertanian, khusunya bagi
pengembangan sayuran organik.
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Tinjauan Pustaka
Pada subbab tinjauan pustaka, penulis
menyajikan berbagai informasi terkait dengan variabel – variabel yang menjadi
obyek penelitiannya. Penulis menyampaikan mengenai sejarah perkembangan
pertanian di Indonesia, dan menyempit ke dalam sejarah perkembangan pertanian
organik. Setelah itu penulis menyampaikan pembahasan beberapa jenis sayuran
yang dijadikan sebagai obyek penelitian sebagai sayuran organik, yakni sayuran
sawi, kangkung dan bayam. Saya menilai penulisan tinjauan pustaka sudah dapat
memberikan informasi dasar yang cukup terhadap pembaca untuk mempermudah
pemahaman terhadap kajian – kajian penelitian yang akan disampaikan pada Bab
Pembahasan nanti.
2.2
Landasan Teori
Landasan teori memberikan informasi
mendasar tentang teori yang digunakan dalam mendukung penulisan skripsi. Dalam
konteks ini, penulis menyajikan informasi mengenai karakteristik obyek yang
diteliti. Teori tingkah laku konsumen dibeberkan dalam subbab ini. Selain itu,
teori ekonomi seperti teori permintaan dan faktor – faktor yang mempengaruhinya
melengkapi informasi pada landasan teori.
Selanjutnya penulis juga menjelaskan mengenai metode
analisa yang akan digunakan dalam mengolah data untuk memperoleh strategi dalam
pengembangan sayuran organik di Kota Medan, yakni menggunakan metode Analisa
SWOT. Penulis menjelaskan konsep dasar mengenai Analisa SWOT. Analisa SWOT
berupa matriks yang menghasilkan
empat set alternatif strategis, yaitu :
1. Strategi SO (Strengths-Opportunities)
2. Strategi ST (Strengths-Threats)
3. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)
4. Strategi WT (Weaknesses-Threats)
Konsep ini
menurut saya sudah dapat memberikan informasi yang cukup dalam memahami metode
analisis SWOT bagi pembaca awam.
2.3
Kerangka Pemikiran
Dalam kerangka pikiran, penulis
menjabarkan mengenai pendapat dan ide yang mendasari penelitiannya. Obyek
penelitian adalah konsumen individu, yakni konsumen rumah tangga yang
membeli sayuran tujuannya mengkonsumsi sayuran organik untuk keluarga.
Dalam skripsi ini,
penulis menerangkan mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan
sayuran organik Dalam menjelaskannya, penulis berusaha memberikan gambaran
melalui diagram alir agar lebih dimengerti oleh pembaca.
2.4
Hipotesa Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara dalam
penelitian. Dalam subbab ini, penulis menjabarkan mengenai faktor yang mempengaruhi
permintaan sayuran organik yakni harga sayuran organik, harga sayuran
nonorganik, pendapatan keluarga, konsumen, selera, dan hari libur/hari raya.
Selanjutnya
adalah terdapat hubungan umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan
jumlah tanggungan keluarga konsumen dengan tingkat keputusan konsumen dalam
membeli dan mengkonsumsi sayuran organik.
BAB III METOOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penentuan Daerah
Penelitian
Metode
pengambilan sampel tidak secara acak (random), akan tetapi secara Purposive sampling artinya daerah penelitian dipilih berdasarkan tujuan tertentu yang
dipandang sesuai dengan tujuan penelitian. Pada dasarnya, karena objek
penelitian yang bersifat eksklusif, atau dengan kata lain tidak semua lapisan
masyarakat mengkonsumsi sayuran organik, maka metode pengambilan sampel boleh
dilakukan secara Purposive sampling. Namun pada dasarnya, penulis harus
memahami kekurangan dan kelebihan dari metode Purposive sampling ini.
Kelebihan metode Purposive sampling:
a. Sampel ini
dipilih sedemikian rupa, sehingga relevan dengan desain penelitian
b. Cara ini
relatif mudah dan murah untuk dilaksanakan
c. Sampel yang
dipilih adalah individu yang menurut pertimbangan penelitian dapat didekati.
Adapun kekurangan metode Purposive sampling :
a. Tidak ada
jaminan sepenuhnya bahwa sempel itu representatif seperti halnya dengan sampel
acakan atau random
b. Setiap
sampling yang acakan atau random yang tidak memberikan kesempatan yang sama
untuk dipilih kepada semua anggota populasi
c. Tidak dapat
dipakai penggolongan statistik guna mengambil kesimpulan
3.2
Metode Penarikan Sampel Konsumen
Dalam pengambilan sampel, terdapat tiga
tempat pasar swalayan yang menjadi tempat pengambilan sampel, persentase jumlah
sampel terhadap populasi hanya sekitar 9,788%. Jumlah sampel terlalu sedikit, sehingga memungkinkan sampel tidak
bisa dengan baik menjelaskan parameter populasi.
3.3
Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, diperoleh dari
data primer dan data sekunder. Untuk data primer, berasal dari kuisioner yang
diberikan terhadap konsumen sayuran organik. Namun dalam perolehan data
sekunder, tidak dicantumkan secara jelas sumber data, termasuk nama instansi
dan judul buku yang dijadikan sumber untuk data sekunder. Seharusnya, dalam
metode pengumpulan data sekunder, lembaga yang terkait harus dicantumkan
misalnya BPS atau Bappenas yang menjadi rujukan data sekunder.
3.4
Metode Analisis Data
Dalam skripsi ini, terdapat 3 hipotesis
yang dikemukakan. Masing – masing dianalisis menggunakan metode yang berbeda,
yakni dengan metode regresi berganda, metode SWOT, dan rank spearman. Data yang
diperlukan adalah data sekunder dari berbagai lembaga, seperti data pendapatan
konsumen, harga sayuran organik dan nonorganik.
Untuk variabel selera
dan pengaruh hari raya, maka penulis menggunakn variabel Dummy dalam model
regresi bergandanya. Variabel dummy yang digunakan adalah bidummy, yakni dummy
yang memiki dua nilai. Dalam pengambilan keputusan :
Jika th ≤
ttabel, tolak H1 terima H0 pada taraf kepercayaan 95% dan 99%
Jika th > ttabel, terima H1 tolak H0 pada taraf
kepercayaan 95% dan 99%
Dalam
hipotesis kedua, untuk menguji korelasi antar variabel digunakan metode
analisis korelasi rank spearman, dengan kriteria uji hipotesis adalah :
Jika thit ≤
tα berarti terima H0
Jika thit > tα berarti terima H1
Untuk menganalisis hipotesis
3 mengenai strategi pengembangan sayuran organik penulis menggunakan analisis
matrik SWOT. Matrik ini akan menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi dalam pengembangan usaha sayuran organik dan
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Berdasarkan gambar
tersebut akan dapat dilihat bagaimana strategi pengembangan usaha sayuran
organik.
Penulis menjelaskan kriteria
penilaian yang dibuat dalam angket. Untuk mengukur tingkat keputusan konsumen digunakan metode skoring dengan
10 parameter. Jumlah skor tingkat keputusan konsumen adalah 1 – 50.
1 – 16
tingkat keputusan konsumen rendah
17 – 33
tingkat keputusan konsumen sedang
34 – 50 tingkat keputusan konsumen tinggi
Setelah kita lihat, jenjang interval datanya terlalu tinggi. Panjang kelas untuk tiap
tiap skor mestinya lebih diperkecil hingga menjadi lima kelas. Sehingga data
kualitatif ordinalnya bisa lebih diperhalus.
3.5
Defenisi dan Batasan Operasional
Dalam
subbab ini, penulis menyajikan lebih banyak defenisi terkait istilah – istilah
yang menyangkut penelitian dalam sayuran organik. Penulis juga menyampaikan
batasan penelitian. Obyek penelitian hanya terbatas kepada jenis sayuran sawi
manis, patchoi, khailan, kangkung, bayam hijau, dan bayam
merah. Oleh karena itu, variabel lain dengan jenis sayuran lain tidak
dimasukkan dan diabaikan.
Dalam hal ini, penulis
seharusnya telah menyadari kalau variabel yang diperlukan dalam meneliti
sayuran organik tidak sedikit. Jika pembatasan variabel hanya pada keenam jenis
sayur diatas, terdapat kemungkinan bahwa model regresi yang dibuat kurang valid
karena didalamnya masih terdapat
variabel dari jenis sayuran lain yang ternyata lebih signifikan mempengaruhi permintaan
sayuran organik di Kota Medan.
2. Penelitian diadakan di swalayan-swalayan yang
menjual sayuran organik
seperti Swalayan Brastagi Gatot Subroto, Swalayan
Brastagi Mangkubumi,
dan Swalayan Sumatra.
3. Sampel penelitian adalah konsumen yang membeli
sayuran organik di
swalayan-swalayan.
4. Penelitian
dilakukan pada tahun 2007. Dalam hal ini, waktu penelitian juga mempengaruhi
ketepatan model untuk digunakan.
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, KARAKTERISTIK
PASAR DAN KARAKTERISTIK KONSUMEN SAMPEL
4.1.
Deskripsi Daerah Penelitian
Tempat penelitian berlokasi di Medan.
Oleh karena itu, penulis menjelaskan secara geografis kota medan. Penulis juga
menjabarkan karakteristik keadaan penduduk di kota Medan, melalui data sekunder
yang didapat. Adapun data yang dijelaskan adalah klasifikasi penduduk
berdasarkan usia, tingkat pendidikan dan mata pencarian. Kemudian, penulis juga
menjelaskan mengenai infrastruktur yang ada di kota Medan, antara lain sekolah,
rumah sakit, transportasi dan juga pasar.
4.2.
Karakteristik Pasar (Lokasi Penelitian)
Pengenalan
tempat penelitian kemudian dipersempit menjadi pasar swalayan yang menjadi
lokasi pengambilan sampel, yakni konsumen sayuran organik. Dalam penelitian,
terdapat tiga pasar swalayan yang khusus menjual produk pertanian yakni Swalayan Brastagi Gatot Subroto, Swalayan Brastagi
Mangkubumi, dan Swalayan Sumatera.
4.3.
Karakteristik Konsumen Sampel
Karakteristik konsumen sampel yang dimaksud adalah
meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, tingkat
pendidikan, pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan. Penulis
menyajikan data berbentuk tabel yang diperoleh dari data primer yang diolah.
Dari kesimpulan didapat bahwa rata – rata umur konsumen sampel adalah 16 tahun,
dan pendidikan sarjana. Untuk tingkat pendapatan sekitar Rp 10,675,675 per
bulan. Dan jumlah tanggungan keluarga sekitar 4 orang.
Dari
karakteristik sampel konsumen yang didapat, kesimpulan yang dapat diambil
adalah sampel adalah masyarakat kelas menengah keatas, yang memiliki anggota
keluarga. Data sampel memiliki distribusi normal dan tidak terdapat data
pencilan.
BAB V HASIL
PENELITIAN
5.1 Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Terhadap Sayuran
Organik.
Dalam subbab ini, penulis menjelaskan
faktor yang mempengaruhi permintaan sayuran organik, berdasarkan teori ekonomi
yang sudah ada, seperti harga sayur organik, pendapatan keluarga, harga barang
subsitusi (sayuran nonorganik), selera, dan hari raya. Penulis memberikan data
konsumsi Sawi Manis Organik, Kangkung Organik, Patchoi Organik, Khailan
Organik, Kangkung Organik, Bayam Hijau Organik dan Bayam Merah Organik.
Dalam
analisis data konsumsi sampel rumah tangga, Swalayan Brastagi berjumlah 15
orang, Swalayan Brastagi Mangkubumi sebanyak 12 orang, dan Swalayan Sumatera
sejumlah 10 orang. Jumlah sampel yang
terlalu kecil akan mengakibatkan hasil analisis kurang relevan dan dianggap
kurang mewakili paramater populasi yang ada. Solusinya, penambahan sampel
pada tiap – tiap swalayan menjadi 20 sampel tiap swalayan akan lebih baik dan
bisa mewakili parameter populasi yang ada.
5.2 Hubungan Karakteristik konsumen sayuran organik dengan Keputusan
Konsumen dalam
Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik.
Penulis mengkorelasikan beberapa variabel dengan keputusan konsumen dalam
mengkonsumsi sayuran organik. Dari data primer yang diolah, penulis berupaya
melakukan scoring berdasarkan tingkat
umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga.
5.3 Strategi
Pengembangan Usaha Sayuran Organik di Kota Medan.
Dalam subbab ini, data yang
telah dikumpulkan
beserta keterangan-keterangan dari konsumen sayuran organik dan
swalayan-swalayan yang menjual sayuran organik, dilakukan suatu analisis yakni
dengan menggunakan SWOT Analisis terhadap strategi pengembangan usaha sayuran
organik di Kota Medan.
Penulis menyatakan jika tingkat
kesadaran konsumen akan kesehatan sudah tinggi, yakni sebesar 89,19%. Hal ini
sangat riskan, karena subyek yang diwawancarai hanya terbatas kepada pelanggan
swalayan di kota Medan saja. Jika subyek penelitian ini dilakukakn pada seluruh
lapisan masyarakat, mungkin angka kesadaran itu relatif berkurang, dikarenakan
harga sayuran organik yang cukup mahal.
Penulis juga menyatakan permintaaan sayuran organik
meningkat terutama pada hari raya/ libur. Menurut penulis, sebanyak 78.38 %
konsumen setuju bahwa permintaaan sayuran organik meningkat terutama pada hari
raya/ libur.
Ancaman bagi perkembangan sayuran
organik adalah persaingan dengan harga sayuran nonorganik yang lebih murah.
Sayuran nonorganik merupakan barang substitusi dan harganya lebih murah
daripada harga sayuran organik sehingga masyarakat lebih memilih sayuran
nonorganik. Selain itu, perubahan situasi ekonomi di Indonesia serta kondisi
iklim yang dapat merusak sayuran organik juga menjadi ancaman bagi pertanian
sayuran organik.
Untuk mengetahui faktor-faktor
strategi eksternal dalam pengembangan usaha sayuran organik di Kota Medan,
penulis mengemukakan berbagai strategi dalam pengembangan sayuran organik,
yakni persepsi masyakarat yang mengkonsumsi sayuran organik sehat, sayuran
organik tidak menggunakan pestisida, harga sayuran organik relatif stabil,
serta pasar dekat dengan pemukiman. Namun selain itu, penulis juga memberikan
keterangan mengenai kekurangan sayuran organik, yakni tidak tahan lama, warna
kurang cerah dan menarik, harga
yang tinggi serta kurangnya informasi pasar.
Penentuan
alternatif strategi menggunakan metode analisis SWOT. Analisis SWOT menurut
salah satu pakar SWOT Indonesia, yaitu Fredy Rangkuti adalah sebagai berikut “Analisa
SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antara
unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsur-unsur
eksternal yaitu peluang dan ancaman.”
Analisis
SWOT digunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi
faktor-faktor luar (O dan T) dan faktor didalam (S dan W). Kata-kata tersebut
dipakai dalam pengembangan usaha sayuran
organik di Kota Medan untuk jangka pendek maupun jangka
panjang.
Setelah
menyajikan tabel analisis SWOT, penulis memberikan strategi pengembangan
sayuran organik berdasarkan faktor internal dan eksternal. Terdapat 10 strategi
yang dikemukakan penulis. Semuanya berasal dari gabungan antara faktor Kekuatan
(S), Peluang (O), Kelemahan (W), dan Ancaman (T).
Setelah
penulis memberikan strategi hasil analisis SWOT, pertanyaannya adalah apakah strategi itu bisa diterapkan secara
nyata oleh petani sayuran organik dan pihak terkait? Penulis seharusnya
memberikan pernyataan bahwa strategi tersebut dapat diaplikasikan langsung oleh
petani. Selain strategi yang harus diambil oleh petani sayuran organik juga
penulis sebaiknya memberikan prosedur dalam penggunaan strategi hasil analisis
SWOT. Selain itu, strategi tersebut
terlalu bersifat teoritis dan umum, sehingga terlalu sulit bagi petani
untuk mengaplikasikannya.
Peran pemerintah dalam
menerapkan kebijakan juga kurang dilibatkan. Penulis juga tidak memasukkan
peran penyuluh untuk mengembangkan sayuran organik didalam strateginya. Jadi, selain stratergi teoritis yang diberikan
oleh penulis juga perlu diperhatikan strategi dengan konsep lapangan yang mudah
dan dekat pengaplikasiannya oleh petani sayuran organik.
BAB
VI PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN
6.1 Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen
Terhadap Sayuran
Organik
Faktor yang
mempengaruhi permintaan konsumen rumah tangga akan sayuran adalah harga dari
sayuran organik, harga sayuran nonorganik, jumlah tanggungan keluarga,
pendapatan keluarga, selera, dan hari raya/ libur. Penulis melakukan analisis
regresi berganda menggunakan alat SPSS dan menyajikan data outputnya dalam
bentuk tabel. Dari data hasil output SPSS diperoleh angka koefisien regresi
pada tiap – tiap variabel yakni :
6.1.1 Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Sawi
Manis Organik.
Y = - 2.439 -
3.72E-05X1 + 0.001X2 + 1.776E-07X3 + 0.356D1 + 0.050D2
Keterangan :
Y= Permintaan sawi manis organik
X1 = Harga sawi
manis organik
X2 = Harga sawi
manis nonorganik
X3 = Pendapatan
keluarga
D1 = Selera
D2 = Hari raya
Model
regresi diatas dapat diserhanakan bila nilai variabel dummy kita masukkan.
Misalnya untuk selera, semua konsumen diasumsikan suka, dan diberi nilai “1”,
maka persamaan regresinya :
E(Y|D1=1)= - 2.083 -
3.72E-05X1 + 0.001X2 + 1.776E-07X3 + 0.050D2
Atau
kita asumsikan jika pada permintaan sawi organik pada saat hari raya Idul Fitri
bernilai “1” maka permasaaan regresinya menjadi :
E(Y|D2=1)= -2.389 - 3.72E-05X1 + 0.001X2 + 1.776E-07X3 + 0.356D1
Setelah kita melihat model regresi
diatas, kita akan membandingkan tanda pada angka koefisien pada tiap – tiap
variabel dengan teori ekonomi klasik yang ada. Dari model yang ada, menyatakan
bahwa permintaan sawi organik (Y) berbanding terbalik dengan harga sawi organik
(- 3.72E-05), dan berbanding lurus dengan harga sawi nonorganik (+ 0.001). Hal
ini sesuai dengan asumsi ekonomi klasik yang menyatakan permintaan dan harga
itu berbading terbalik, dan sebaliknya, berbanding lurus dengan barang
subsitusinya. Begitu juga dengan pendapatan (+ 1.776E-07) yang berbanding lurus
dengan permintaan sawi organik.
6.1.2
Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Patchoi Organik.
Y = - 5.004 -
1.20E-05X1 + 0.001X2 + 1.672E-07 X3 - 0.132D1 + 0.397D2
Y= Permintaan patchoi organik
X1 = Harga patchoi
organik
X2 = Harga patchoi
nonorganik
X3 = Pendapatan
keluarga
D1 = Selera
D2 = Hari raya
Model
regresi diatas dapat diserhanakan bila nilai variabel dummy kita masukkan.
Misalnya untuk selera, semua konsumen diasumsikan suka, dan diberi nilai “1”,
maka persamaan regresinya :
E(Y|D1=1)= -5.136 - 1.20E-05X1 + 0.001X2 + 1.672E-07 X3 + 0.397D2
Atau kita asumsikan jika pada
permintaan patchoi organik pada saat hari raya Idul Fitri bernilai “1” maka
permasaaan regresinya menjadi :
E(Y|D2=1)=-4.607 - 1.20E-05X1 + 0.001X2 + 1.672E-07 X3 - 0.132D1
Setelah kita melihat model regresi
diatas, kita akan membandingkan tanda pada angka koefisien pada tiap – tiap
variabel dengan teori ekonomi klasik yang ada. Dari model yang ada, menyatakan
bahwa permintaan patchoi organik (Y) berbanding terbalik dengan harga patchoi organik
(- 1.20E-05), dan berbanding lurus dengan harga patchoi nonorganik (+ 0.001).
Hal ini sesuai dengan asumsi ekonomi klasik yang menyatakan permintaan dan
harga berbading terbalik, dan sebaliknya, berbanding lurus dengan barang
subsitusinya. Begitu juga dengan pendapatan (+ 1.672E-07) yang berbanding lurus
dengan permintaan patchoi organik.
5.1.3 Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Khailan
Organik.
Y = - 0.058 -
7.58E-06X1 - 2.72E -05X2 + 2.717E-07X3 - 0.253D1 - 0.183D2
Y=Permintaan
khailan organik
X1 = Harga khailan
organik
X2 = Harga khailan
nonorganik
X3 = Pendapatan
keluarga
X4 = Jumlah
tanggungan keluarga
D1 = Selera
D2 = Hari raya
Model
regresi diatas dapat diserhanakan bila nilai variabel dummy kita masukkan.
Misalnya untuk selera, semua konsumen diasumsikan suka, dan diberi nilai “1”,
maka persamaan regresinya :
E(Y|D1=1)= -0.311 - 7.58E-06X1 - 2.72E -05X2 + 2.717E-07X3 - 0.183D2
Atau kita asumsikan jika pada permintaan
khailan organik pada saat hari raya Idul Fitri bernilai “1” maka permasaaan
regresinya menjadi :
E(Y|D2=1)=-0.241 -
7.58E-06X1 - 2.72E -05X2 + 2.717E-07X3 - 0.253D1
Setelah kita melihat model regresi
diatas, kita akan membandingkan tanda pada angka koefisien pada tiap – tiap
variabel dengan teori ekonomi klasik yang ada. Dari model yang ada, menyatakan
bahwa permintaan khailan organik (Y) berbanding terbalik dengan harga khailan organik
(- 7.58E-06), dan berbanding terbalik dengan harga khailan nonorganik (- 2.72E
-05). Hal ini tidak sesuai dengan asumsi
ekonomi yang justru menyatakan permintaan dan harga barang subsitusinya
adalah berbanding lurus. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat jenis barang
subsitusi lainnya yang lebih signifikaan mempengaruhi selain khailan noorganik
Untuk variabel pendapatan (+ 2.717E-07) berbanding
lurus dengan permintaan khailan organik.
5.1.4 Permintaan
Konsumen Rumah Tangga Terhadap Kangkung Organik.
Y = 1.057 +
9.982E-06 X1 - 7.40E-05X2 + 2.913E-08X3 + 1.037D1 + 0.122D2
Y=Permintaan
kangkung organik
X1 = Harga
kangkung organik
X2 = Harga
kangkung nonorganik
X3 = Pendapatan
keluarga
D1 = Selera
D2 = Hari raya
Model
regresi diatas dapat diserhanakan bila nilai variabel dummy kita masukkan.
Misalnya untuk selera, semua konsumen diasumsikan suka, dan diberi nilai “1”,
maka persamaan regresinya :
E(Y|D1=1)= 2.094 9.982E-06 X1 - 7.40E-05X2 + 2.913E-08X3 + 0.122D2
Atau kita asumsikan jika pada
permintaan kangkung organik pada saat hari raya Idul Fitri bernilai “1” maka permasaaan
regresinya menjadi :
E(Y|D2=1)= 1.179 + 9.982E-06 X1 - 7.40E-05X2 + 2.913E-08X3 + 1.037D1
Setelah kita melihat model regresi
diatas, kita akan membandingkan tanda pada angka koefisien pada tiap – tiap
variabel dengan teori ekonomi klasik yang ada. Dari model yang ada, menyatakan
bahwa permintaan kangkung organik (Y) berbanding lurus dengan harga kangkung organik
(+ 9.982E-06), dan berbanding terbalik dengan harga kangkung nonorganik (-
7.40E-05). Berarti semakin tinggi harga kangkung organik, maka permintaannya
justru semkin tinggi. Hal ini sangat
tidak sesuai dengan asumsi ekonomi klasik yang justru menyatakan permintaan
dan harga adalah berbading terbalik. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi
tersebut tidak memenuhi kaidah ekonomi.
Pada kenyataannya, paradoks
perbandingan permintaan kangkung organik dengan barang subsitusi yang
berbanding lurus masih dapat ditolerir, karena mungkin terdapat variabel barang
subsitusi lain yang lebih signifikan dan tidak dimasukkan ke dalam model.
Variabel pendapatan (+ 2.913E-08) yang berbanding lurus dengan permintaan
kangkung organik sesuai dengan asumsi ekonomi. Jadi kesimpulannya, model regresi tersebut tidak sahih dan
melanggar kaidah ekonomi yang berlaku.
5.1.5 Permintaan
Konsumen Rumah Tangga Terhadap Bayam Hijau Organik
Y = 0.279 +
9.215E-06X1 + 6.844E-05X2 + 7.370E-08X3 + 0.295D1 + 0.227D2
Y=Permintaan
bayam hijau organik
X1 = Harga bayam
hijau organik
X2 = Harga bayam
hijau nonorganik
X3 = Pendapatan
keluarga
D1 = Selera
D2 = Hari raya
Model
regresi diatas dapat diserhanakan bila nilai variabel dummy kita masukkan.
Misalnya untuk selera, semua konsumen diasumsikan suka, dan diberi nilai “1”,
maka persamaan regresinya :
E(Y|D1=1)= 0.574 + 9.215E-06X1 + 6.844E-05X2 + 7.370E-08X3 + 0.227D2
Atau kita asumsikan jika pada
permintaan bayam hijau organik pada saat hari raya Idul Fitri bernilai “1” maka
permasaaan regresinya menjadi :
E(Y|D2=1)= 0.506 +
9.215E-06X1 + 6.844E-05X2 + 7.370E-08X3 + 0.295D1
Setelah kita melihat model regresi diatas, kita akan membandingkan tanda
pada angka koefisien pada tiap – tiap variabel dengan teori ekonomi klasik yang
ada. Dari model yang ada, menyatakan bahwa permintaan bayam hijau organik (Y)
berbanding lurus dengan harga bayam hijau organik (+ 9.215E-06). Hal ini tidak sesuai dengan kaidah ekonomi yang
menyatakan hubungan permintaan dan harga adalah negatif. Model ini juga tidak valid dan tidak memenuhi kaidah ekonomi yang ada.
Sementara untuk variabel barang subsitusi (harga bayam hijau nonorganik)
berbanding lurus (+ 6.844E-05) dengan permintaan bayam hijau organik. Hal ini
sesuai dengan asumsi ekonomi klasik yang menyatakan permintaan berbanding lurus
dengan barang subsitusinya. Begitu juga dengan pendapatan (+ 7.370E-08) yang berbanding lurus dengan permintaan bayam
hijau organik.
5.1.6 Permintaan
Konsumen Rumah Tangga Terhadap Bayam Merah Organik
Y = - 0.079 +
3.079E-06X1 + 4.260E-05X2 + 7.305E-08X3 + 0.294D1 + 0.068D2
Y=Permintaan
bayam merah organik
X1 = Harga bayam
merah organik
X2 = Harga bayam
merah nonorganik
X3 = Pendapatan
keluarga
D1 = Selera
D2 = Hari raya
Model
regresi diatas dapat diserhanakan bila nilai variabel dummy kita masukkan.
Misalnya untuk selera, semua konsumen diasumsikan suka, dan diberi nilai “1”,
maka persamaan regresinya :
E(Y|D1=1)= 0.215 + 3.079E-06X1 + 4.260E-05X2 + 7.305E-08X3 + 0.068D2
Atau kita asumsikan jika pada
permintaan bayam merah organik pada saat hari raya Idul Fitri bernilai “1” maka
permasaaan regresinya menjadi :
E(Y|D2=1)= -0.011 +
3.079E-06X1 + 4.260E-05X2 + 7.305E-08X3 + 0.294D1
Setelah kita melihat model regresi diatas, kita akan membandingkan tanda
pada angka koefisien pada tiap – tiap variabel dengan teori ekonomi klasik yang
ada. Dari model yang ada, menyatakan bahwa permintaan bayam merah organik (Y)
berbanding lurus dengan harga bayam merah organik (+ 3.079E-06). Hal ini tidak sesuai dengan kaidah ekonomi yang
berlaku, yang menyatakan bahwa permintaan justru berbanding terbalik dengan
harga.
Permintaan bayam merah berbanding lurus dengan harga bayam merah nonorganik
(+ 4.260E-05). Hal ini sesuai dengan asumsi ekonomi klasik yang menyatakan
permintaan dan barang subsitusinya berbanding lurus. Begitu juga dengan
pendapatan (+ 7.305E-08) yang berbanding lurus dengan permintaan bayam
merah organik. Jadi, model regresi ini
tidak sahih dan melanggar kaidah ekonomi yang berlaku.
Model regresi yang baik harus memiliki nilai U yang mendekati nol. Dalam
model regresi yang dibuat penulis, menggunakan SPSS dengan nilai data variabel
yang terlalu tinggi. Akibatnya koefisien regresi pada output SPSS menjadi tidak
terbaca (terdapat huruf “E” pada akhir
angka koefisien). Hal ini bisa mengakibatkan model tidak diketahui angka
koefisiennya bila tidak dijelaskan dengan benar. Selain itu, untuk menghindari
adanya koefisien error “E” pada output SPSS, penulis harus memperkecil angka
dari data variabel dan mengubah satuannya, misal dengan mengubah nilai data
pendapatan Rp 2.000.000, menjadi 2 dan diberi label “dalam jutaaan”.
Keenam model regresi tersebut tidak dapat digunakan secara langsung sebagai
alat estimasi karena memiliki masalah pada angka koefisien regresinya. Penulis
seharusnya memberikan keterangan tambahan pada akhir subbab pembahasan tentang
perbaikan modelnya sehingga model regresinya bisa dipakai untuk mengestimasi
permintaan sayuran organik di Kota Medan.
Keenam model regresi berganda yang diberikan oleh penulis tidak diuji dengan uji penyimpangan asumsi
klasik. Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi dalam hasil estimasi. Dengan kata lain,
apakah hasil-hasil regresi telah memenuhi kaidah Best
Linier Unbiased Estimator (BLUE) sehingga tidak ada gangguan serius terhadap
asumsi klasik dalam metode kuadrat terkecil tunggal (OLS).
Penulis seharusnya melakukan uji asumsi klasik karena apabila terjadi
penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut uji t dan uji F yang dilakukan
menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh. Hal ini
menjadikan model yang telah dibuat tidak bisa digunakan untuk prosedur
estimasi.
Kekurangan lain didalam skripsi ini adalah kurangnya interpretasi data.
Penulis hanya membahas korelasi dan angka determinan sebagai penjelas dari
model regresinya. Seharusnya, penulis juga memberikan angka Elastisitias harga
sayuran organik, sehingga data lebih kaya makna dan dapat dijadikan model
estimasi untuk studi kasus.
6.2 Hubungan Karakteristik Konsumen Sayuran Organik
dengan Keputusan
Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran
Organik.
Dalam
mencari hubungan variabel tertentu dengan tingkat pembelian dan konsumsi
sayuran organik, penulis menggunakan analisis korelasi rank spearman.
Setelah data dianalisis menggunakan SPSS, penulis melakukan uji t untuk menguji
hipotesis yang dibuat. Diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Hubungan
umur dengan konsumsi sayuran organik, karena koefisien korelasi (rs) = 0.23 dan
thitung = 1.42 < ttabelα0.05 (db=35) = 1.69 berarti variabel umur
tidak berkorelasi dengan keputusan konsumen dalam mengkonsumsi sayuran organik.
b. Hubungan
pendidikan dengan konsumsi sayuran organik, karena koefisien korelasi (rs) =
0.33 dan nilai thitung = 2.07 > ttabelα0.05 (db=35) = 1.69 berarti pendidikan berkorelasi dengan konsumsi
sayuran organik.
c. Hubungan
pendapatan dengan konsumsi sayuran organik, oleh karena koefisien korelasi (rs)
= 0.33 dan nilai thitung = 2.04 > ttabelα0.05 (db=35) = 1.69 maka terdapat
hubungan antara pendapatan keluarga dengan tingkat keputusan konsumen dalam
membeli dan mengkonsumsi sayuran organik.
d. Hubungan
jumlah tanggungan dengan konsumsi sayuran organik, karena koefisien korelasi
(rs) = 0.003 dan nilai thitung = 0.34 < ttabelα0.05 (db=35) = 1.69 maka tidak terdapat
hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keputusan konsumen
dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik.
6.3 Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik di
Kota Medan.
Dari data-data
yang telah dikumpulkan beserta keterangan-keterangan dari konsumen sayuran
organik dan swalayan-swalayan yang menjual sayuran organik dapat dilakukan
suatu analisis yakni dengan menggunakan SWOT Analisis terhadap strategi
pengembangan usaha sayuran organik di Kota Medan.
Penulis mengemukakan berbagai
strategi teoritis yang berasal dari faktor eksternal dan internal. Melalui
metode analisis SWOT, penulis menjelaskan secara deskriptif hal – hal yang
telah dikemukakan sebelumnya pada subbab 5.3, yakni Strategi Pengembangan Usaha Sayuran
Organik di Kota Medan. Disini penulis menjabarkan dan menjelaskan maksud dari
tabel analisa SWOT yang telah digambarkan pada subbab terdahulu.
BAB VII KESIMPULAN DAN
SARAN
7.1 Kesimpulan
Penulis
menyatakan kesimpulannya dalam bentuk pernyataan mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi permintaan sayuran organik, berdasarkan jenisnya, yakni sawi,
patchoi, khailan, bayam hijau, bayam merah, dan kangkung. Variabel yang
sifnifikan mempengaruhi permintaan sayuran organik di Kota Medan menurut penulis
secara umum adalah harga sayuran organik, harga sayuran nonorganik (sebagai
barang subsitusi), tingkat pendapatan, selera dan hari raya.
Penulis juga menyatakan terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan
keluarga dengan tingkat keputusan konsumen dalam mengkonsumsi sayuran organik.
Setelah itu, penulis merangkum strategi untuk pengembangan usaha sayuran
organik di Kota Medan.
7.2 Saran
Setelah
melakukan penelitian, mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data
yang telah didapat, penulis seharusnya menginterpretasikan data lebih banyak.
Namun pada skripsi tersebut, penulis hanya menginterpretasikan koefisien determinan
dan korelasi rank spearman, sehingga kesimpulan akhir kurang kaya akan penafsiran.
Model regresi yang tidak valid juga
kerap kali menjadi permasalahan bagi peneliti. Keenam persamaan regresi yang
telah dibuat oleh penulis, tiga diantaranya memiliki masalah, yakni
ketidaksesuaian model dengan teori ekonomi yang berlaku. Penulis seharusnya
melakukan cek terhadap hasil output yang dihasilkan oleh SPSS serta
membandingkannya dengan teori ekonomi yang berlaku. Hal ini yang sering
dilupakan oleh kebanyakan peneliti. Kedepannya dibutuhkan adanya revisi
terhadap skripsi ini. Sehingga kesalahan yang sama tidak terulang lagi terhadap
mahasiswa yang mengambil referensi dari skripsi ini.