BUSINESS PLANNING KOMODITI CABE PRAKTIKUM AGRIBISNIS II
BUSINESS PLANNING KOMODITI CABE
Oleh :
MUHAMMAD REZA HARAHAP
1206112169
JURUSAN
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSIRTAS RIAU
PEKANBARU
2013
BAB.
1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Cabe adalah tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan
sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan.
Sebagai bumbu, buah cabe yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai
penguat rasa makanan. Bagi seni masakan Padang, cabe bahkan dianggap sebagai
"bahan makanan pokok" ke sepuluh (alih-alih sembilan). Sangat sulit
bagi masakan Padang dibuat tanpa cabe
Cabe sebagai salah satu jenis sayuran, merupakan produk
komoditi pertanian yang paling digemari oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
Salah satu penyebabnya adalah kecendrungan masyarakat Indonesia yang menyukai
jenis masakan pedas dan berbumbu lengkap. Hal ini yang menjadikan prospek
budidaya cabe sangat digemari dan menjadi pilihan utama diantara berbagai
kalangan petani.
Seiring meningkatnya jumlah penduduk Riau, permintaan akan cabe
akan semakin meningkat. Ketersediaannya menjadi suatu prospek usaha yang cerah.
Selama ini, petani Riau mayoritas adalah petani perkebunan, yang mana sawit
menjadi pilihan utama. Dengan mempertimbangkan aspek yang akan datang,
permintaan cabe sebagai salah satu bumbu yang wajib ada dalam dapur, budidaya cabe
akan tetap menjadi prospek yang menjanjikan dan patut untuk diusahakan.
1.2.
1.2.
Tujuan dan Manfaat
Business
plan
ini dibuat untuk mengetahui gambaran usaha Agribisnis cabe yang akan dilakukan
dalam praktek Agribisnis II. Pembuatan business
plan ini, adalah sebuah langkah awal untuk menyesuaikan anggaran dasar yang
akan dikeluarkan dengan memulai Agribisnis cabe.
Business plan ini
membahas hasil kalkulasi anggaran input
dan ouput, rasio keuntungan, efisiensi
usaha, serta masalah dan langkah teknis yang harus dihadapi dalam memulai usaha
budidaya cabe.
Kedepannya, setelah business
plan ini dibuat, diharapkan akan mampu menjadi referensi bagi praktikan
yang berminat mencoba Agribisnis dibidang cabe dalam skala kecil. Dengan
pengembangan Agribisnis cabe dalam skala kecil menengah, akan dapat
meningkatkan produksi cabe nasional. Hal ini tentunya menjadi langkah yang
positif untuk menjadikan Indonesia swasembada cabe, tanpa harus mengimpor dan
berkutat pada masalah harga cabe yang sering meroket naik.
Seperti yang kita ketahui, cabe merupakan komoditas sayuran
yang sangat merakyat. Semua masyarakat memerlukannya. Umumnya, cabe digunakan
sebagai pelengkap bumbu masakan, dijadikan sambal cemilan, atau dapat juga
dijadikan manisan cabe.
Manfaat cabe sebagai salah satu sayuran yang mengandung
vitamin C, dan terdapat zat – zat lain yang tak kalah penting untuk kesehatan
tubuh. Tak heran bila volume peredaran
dipasaran sangat banyak jumlahnya, mulai dari pasar rakyat, pasar swalayan,
warung pinggir jalan, restoran kecil hingga hotel berbintang sehari harinya
membutuhkan cabe dalam jumlah yang tidak sedikit untuk melengkapi masakannya.
BAB.
2 TINJAUAN TEORI
2.1.
Aspek Agronomis
Agribisnis cabe adalah usaha yang sangat
menguntungkan apabila dibudidayakan. Namun apabila dibudidayakan di daerah
Riau, harus mengedepankan faktor – faktor tertentu, seperti agregat dan jenis
tanah yang akan ditanami. Terdapat berbagai daerah yang memiliki iklim dan
kondisi tanah yang cocok untuk komoditi cabe, namun sebagian wilayah memang
tidak mendukung.
Setelah tanaman berumur kira-kira 80 – 90 hari, buah cabe
sudah dapat dipetik. Bila varietas cabenya adalah cabe rawit, dengan warna
hijau yang mirip daun, maka pemanenan harus ekstra hati-hati sehingga jangan
sampai ada yang luput dari pemetikan (pemanenan).
Cabe dapat dipanen minimal 15 kali bahkan bisa sampai 18
kali. Tergantung situasi dan kondisi tanah, varietas serta lingkungan yang
menunjang. Penggunaan ulang pupuk yang sama dengan dosis setengahnya dari dosis
awal ditenggarai dapat memperpanjang masa panen cabe rawit 2 – 3 kali lagi
2.2.
Analisis Usaha Tani
Luas lahan yang diberikan, yakni sekitar
10 x 10 m dengan total luas 100 meter persegi. Dari luas tersebut, dapat
diperhitungkan jika jumlah tanaman cabe yang akan dibudidayakan adalah sebanyak
100 batang, dengan asumsi jarak tanam cabe sekitar 90 x 90 cm.
Total biaya (total
cost/TC) dapat diperkirakan dari jumlah kalkulasi dari biaya tetap (fixed cost/FC) dengan biaya berubah (variabel cost/VC). Dari fixed cost, kita
dapatkan dari jumlah biaya penyusutan cangkul dan mesin semprot dalam satu kali
produksi. Harga untuk satu cangkul berkisar Rp 50.000, dan harga untuk alat
semprot Rp 35.000. Karena waktu yang diberikan hanya untuk satu kali produksi,
maka dapat kita asumsikan bahwa dalam satu tahun adalah 3 kali produksi. Dari
jumlah total biaya penyusutan cangkul dan alat semprot, kemudian dibagi 3.
Total biaya berubah (variabel
cost/VC) didapat dari kalkulasi biaya pembelian benih sebanyak 150 biji;
pupuk dengan dua jenis, yakni pupuk
kandang untuk pupuk awal disaat membuka lahan, dan pupuk NPK untuk pemberian
rutin setiap 2 kali seminggu. Selain itu, biaya berubah (variabel cost/VC) juga didapatkan dari biaya pembelian pestisida, polybag dan alat semprot. Setelah total
keseluruhan pengeluaran didapatkan, kita mencari total pendapatan yang akan
diterima per satu kali musim panen.
Total pendapatan (total
reveneu/TR) adalah pendapatan total yang kita terima, atau lebih sering
disebut pendapatan kotor (bukan bersih). Dari hasil analisis saya, jika lahan
seluas 100 meter persegi, dapat menanam cabe sebanyak 100 batang, dengan jarak
tanam antara 90 x 90 cm. Setelah itu, dari referensi yang berasal dari browsing internet, saya menganalisa
bahwa dalam satu batang cabe dapat memanen 4 ons dalam sekali musim panen. Jika
ditotalkan, 100 batang cabe akan menghasilkan sekitar 40 kg. Dengan asumsi
harga cabe per satuan kilogram dipasaran adalah
Rp 10.000, maka didapat jumlah total pendapatan kotor sekitar Rp 400.000
per setiap masa pemanenan.
Total keuntungan
bersih, dapat dicari melalui total pendapatan (total reveneu/TR) dikurangi dengan total biaya (total cost/TC). Setelah itu akan
didapatan keuntungan (profit/Ï€) per
satu kali masa pemanenan. Untuk komoditi cabe, pemanenan dapat dilakukan setiap
dua kali dalam sebulan, bila musim panen tiba. Hal ini tergantung pada cara
perawatan dan teknik penanamannya.
Efisiensi usaha didapatkan dari hasil bagi antara total
pendapatan (total reveneu/TR) dengan
total biaya (total cost/TC). Hal ini
yang menjadi parameter bagi setiap agribusinessman,
dalam melirik prospek usaha budidaya cabe. Jika angka efisiensinya lebih kecil
dari 1, maka usaha tersebut tidak mendapatkan keuntungan. Jika angka efisiensinya
sama dengan 1, maka usaha tersebut dalam kondisi break even point (balik modal). Dan jika angka efisiensinya diatas
1, maka patut untuk dikembangkan, karena mendapatkan profit.
BAB.
3 PELAKSANAAN
3.1.
Waktu dan Tempat
Budidaya cabe adalah salah satu jenis
budidaya dari praktikum Agribisnis kedua, yang menjadi mata pelajaran wajib
bagi mahasiswa jurusan Agribisnis Universitas Riau, yang berlokasi pada
Inkubator Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau. Jadwal yang
ditentukan adalah setiap hari kamis pada pukul 16.00 WIB.
Para praktikan diwajibkan memakai sepatu boots lengkap
dengan celana panjang, kaos khusus praktikum agribisnis, dan juga memakai
caping dan sarung tangan bila diperlukan. Hal ini ditujukan untuk melindungi
diri dari hal – hal yang tidak diinginkan.
3.2.
Rencana dan Biaya Usaha
Rencana dan biaya usaha akan lebih
spesifik memaparkan materi hasil kalkulasi untuk memulai agribisnis cabe,
dimulai dari proses awal, perawatan, pemanenan, hingga proses akhir, yakni
pemasaran. Dalam rencana ini, akan membahas model angka perhitungan dari
seluruh rangkaian kegiatan agribisnis cabe pada lahan 100 meter persegi.
3.2.1.
Total Biaya (Total Cost/TC)
Variabel Cost :
Bibit : 30.000
Pupuk Kandang : 50.000
Pupuk NPK : 35.000
Pestisida : 30.000 (1botol)
Polybag : 50.000 (100 kantong)
Fixed Cost :
P1 Cangkul =
P1 Cangkul =
= 10.000
P1 Alat
Semprot = = = 6000
Didapat TC = VC + FC
= (30.000 + 50.000 + 35.000 + 30.000 + 50.000) + (10.000 +
6000)
= 211.000
3.2.2.
Total Pendapatan (Total Reveneu/TR)
1 batang cabe
diasumsikan menghasilkan 4 Ons per sekali panen.
100 batang = 400 Ons = 40 kg
TR = Y x Py = 40 x
10.000
= 400.000
3.2.3.
Keuntungan (Profit)
Î = TR – TC = 400.000 – 211.000
= 189.000
3.2.4.
Efisiensi Usaha
B/C
Ratio = =
= 1,9
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan, setiap penanaman
modal sebanyak Rp 1, akan memberikan keuntungan bersih sebanyak Rp 0,9 per satu
kali pemanenan.
BAB.
4 PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari materi business
plan yang telah saya paparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa
Business plan usaha tani cabe
ini saya buat dengan harapan hasil analisis tersebut tidak jauh dari fakta
dilapangan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://agricabe.blogspot.com/2009/02/proposal-usaha-tani.html
(Tanggal
akses pada 05 September 2013 pukul 19.35 WIB)
http://trikbudidaya.blogspot.com/2013/04/analisa-usaha-budidaya-cabe.html
(Tanggal
akses pada 05 September 2013 pukul 19.35 WIB)
http://indoagribisnis.wordpress.com/analisis-uasahatani-cabe.html
(Tanggal
akses pada 05 September 2013 pukul 19.35 WIB)
http://infonekta.blogspot.com/cara-menanam-cabe-rawit.html
(Tanggal
akses pada 06 September 2013 pukul 15.30 WIB)
http://www.ayoberkebun.com/Cara-menanam-cabe-dari-biji.html
(Tanggal
akses pada 06 September 2013 pukul 15.30 WIB)