--> Skip to main content

MAKALAH TEKHNIK BUDIDAYA POHON SENGON UNTUK KOMERSIALISASI



MAKALAH AKHIR BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

BUDIDAYA POHON SENGON

Oleh :


MUHAMMAD REZA HARAHAP
1206112169


MAKALAH TEKHNIK BUDIDAYA POHON SENGON UNTUK KOMERSIALISASI



 
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013





KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah swt, yang masih memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan, termasuk penyebab terselesaikan tugas akhir semester ini dalam bentuk makalah yang berjudul, “Penyakit Karat Tumor Pada Sengon”.
          Dalam pelaksanaannya penulis bukanlah makhluk yang berpredikat individualis, namun penulis merupakan makhluk sosialis yang membutuhkan bantuan dari berbagai pihak. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ir. Yetti Elvina, M.P, sebagai kepala laboratorium penyakit Fakultas Pertanian Universitas Riau, juga sebagai dosen yang memberikan tugas akhir semester ini.
          Sebagai seorang manusia yang penuh kekhilafan dan kenaifan, penulis sadar akan segala bentuk kesalahan dari makalah ini. Kedepannya penulis berharap adanya kritik yang membangun demi terciptanya makalah yang lebih berkualitas. Semoga dengan dibuatnya makalah ini, bisa menjadi angin segar bagi para anak muda khususnya mahasiswa pertanian, dalam hal mempelajari penyakit tanaman, yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan petani dan sarjana pertanian itu sendiri.

Pekanbaru, 19 Desember 2012

Muhammad Reza Harahap



DAFTAR ISI
                 KATA PENGANTAR ...................................................................    1
                 DAFTAR ISI .................................................................................    2
BAB 1      PENDAHULUAN .........................................................................    3
                 1.1. Latar Belakang ........................................................................    3
                 1.2. Perumusan Masalah .................................................................    4
                 1.3. Tujuan .....................................................................................    4
BAB 2      TELAAH PUSTAKA ....................................................................    5
                 2.1. Pengenalan Sengon ..................................................................    5
BAB 3      PEMBAHASAN ...........................................................................    7
                 3.1. Pengenalan Karat Tumor .........................................................    7
                 3.2. Penyebaran Karat Tumor .........................................................    8
                 3.3. Peyebab Karat Tumor .............................................................    9
                 3.4. Gejala Karat Tumor ................................................................. 10
                 3.4.1. Gejala Pada Semai ............................................................... 10
                 3.4.2. Gejala Pada Sengon Dewasa ................................................ 11
                 3.5. Tehnik Pengendalian Karat Tumor ........................................... 12
                 3.5.1. Aspek Teknis........................................................................ 12
                 3.5.1.1. Pengelolaan Masa Persemaian ........................................... 12
                 3.5.1.2. Seleksi Benih ..................................................................... 12
                 3.5.1.3. Pengelolaan Lahan ............................................................. 12
                 3.5.2. Aspek Budidaya ................................................................... 13
BAB 4      PENUTUP ..................................................................................... 14
                 4.1. Kesimpulan ............................................................................. 14
BAB 5      DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 15



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Sengon (Paraserianthes falcataria) merupakan jenis tanaman kayu yang sangat baik di tanam di areal hutan rakyat dan merupakan tanaman yang cepat tumbuh karena sengon tidak memerlukan tapak tumbuh yang sulit. Sengon juga tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pemanenan dan kegiatan pemeliharaannya relatif  mudah dan ekonomis.
          Salah satu kelebihan sengon adalah pertumbuhannya yang cepat dan kegunaannya yang sangat beragam. Dari mulai akar hingga pucuk daun memiliki kegunaan yang tidak kecil bagi kehidupan. Kayunya dapat digunakan sebagai bahan baku pulp kertas, kayu lapis, papan serat, dan lain-lain.
          Tentunya dalam segala macam usaha pertanian tidak terlepas dari yang namanya hama,  penyakit dan gangguan. Begitu juga dengan sengon, yang saat ini menjadi komoditas kayu utama terutama di hutan rakyat tentu tidak terlepas dari masalah hama dan penyakit juga. Beberapa jenis hama, seperti hama kupu kuning, boktor, ulat kantong dilaporkan banyak menyerang tanaman sengon dan dapat menyebabkan kerugian yang cukup signifikan. Pada makalah ini, akan dibahas khusus mengenai penyakit karat tumor yang sering menyerang sengon. Maka dari itu, upaya-upaya akan terus dilakukan untuk meningkatkan produktifitas sengon.



1.2.   Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan masalah yang paling urgen dari pertanian sengon saat ini, yaitu:
1. Bagaimana cara meningkatkan produktifitas sengon.
2. Cara penanganan penyakit karat tumor pada sengon.
3. Bagaimana cara menjaga kelestarian hutan di Indonesia dengan adanya sengon.
1.3.   Tujuan
1. Memperkenalkan sengon serta prospeknya yang menjanjikan.
2. Mengetahui gejala, penyebab, dan cara penanganan penyakit karat tumor pada sengon.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola hutan dan segala jenis pertanian kayu di Indonesia.
4. Menggunakan sengon sebagai alternatif untuk menjaga kelestarian hutan di Indonesia, khususnya hutan masyarakat.



BAB II
TELAAH  PUSTAKA
2.1.  Pengenalan Sengon
Sengon dalam bahasa latin disebut Paraserianthes falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut :
a. Jawa: jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (jawa).
b. Maluku: seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore).
Adapun bentuk batang dan tinggi batang tanaman sengon memiliki bentuk batang bulat dan tidak berbanir, sedangkan tinggi batang tanaman sengon dapat mencapai 30-45 meter dengan diameter 70 – 80 cm.
Untuk warna kulit, bentuk daun tanaman sengon adalah sebagai berikut :
a. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas
b. Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun
c. Daun yang tidak terlalu lebat.
d. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok
e. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.



f. Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu.
g. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga.
h. Buah sengon berbentuk polong, pipih, dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji.
i. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin.
          Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon idealnya adalah antara 0 – 800 m dpl. Walaupun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut.
          Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7.
          Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75%.
          Untuk waktu berbunga dan berbuah, tanaman sengon mulai berbunga sejak umur 3 tahun, mulai berbunganya pada bulan Maret – Juni dan pada bulan Oktober – Desember. Pembuahan pada tanaman sengon terjadi sepanjang tahun terutama bulan Juli – September.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1.   Pengenalan Karat Tumor
Penyakit gall rust (karat tumor/karat puru), merupakan salah satu penyakit yang berbahaya pada tanaman sengon saat ini, khususnya di Indonesia. Dampak penyakit pada semai maupun tanaman dewasa bisa sangat luas, mulai dari menghambat pertumbuhan sampai mematikan tanaman.
          Pulau Jawa, merupakan salah satu pusat penghasil kayu sengon terbesar di Indonesia. Adanya epidemi penyakit karat tumor pada tanaman sengon di pulau Jawa, merupakan ancaman yang dapat mengakibatkan penurunan produk kayu sengon besar-besaran pada tahun-tahun mendatang. Hal ini tentu saja akan berpengaruh kuat pada peta pengusahaan tanaman sengon di pulau Jawa serta prospek pengembangan produk-produk berbasis kayu sengon. Oleh karena itu perlu dipikirkan langkah-langkah atau strategi terbaik untuk mengendalikan penyakit tersebut.
          Mengingat keberadaan penyakit karat tumor terutama di beberapa daerah di Jawa dan Bali sudah mencapai tingkat epidemi, maka perlu dilakukan penanggulangan secara serius. Kerja sama aktif antara pemerintah, rakyat, LSM, peneliti dan pengusaha serta unsur-unsur terkait lainnya sangat diperlukan untuk mendapatkan solusi yang terbaik.



3.2.   Penyebaran Karat Tumor
Di Asia Tenggara, penyakit karat tumor pada sengon pertama kali dilaporkan pada tahun 1990 di pulau Mindanao, Pilipina. Empat tahun kemudian (1994), penyakit telah menyebar di kepulauan Visayas, dan pada 1995, epidemi penyakit tersebut terjadi di kepulauan Luzon, Pilipina (Braza, 1997). Di saat yang hampir bersamaan, pada akhir tahun 1992 epidemi penyakit juga dilaporkan di hutan tanaman milik Sabah Softwood Berhad (SSB) di Tawau, Sabah, Malaysia. Pada tahun berikutnya (1993), epidemi juga terjadi pada tanaman sengon milik SFI (Sabah Forest Institute) di Sipitang, Sabah (Lee, 2003).
          Di Indonesia, penyakit karat tumor pertama kali dilaporkan pada tahun 1996 di pulau Seram, Maluku (Anggraeni, 2006). Sayangnya, penyakit tersebut tidak mendapat perhatian khusus dan tidak diinformasikan secara luas, sehingga permasalah mengendap begitu saja.
          Di Timor-Timur, pada tahun 1998 sampai dengan 2001, telah terjadi epidemi penyakit ini pada hampir 90% tanaman sengon yang berfungsi sebagai penaung pada perkebunan kopi (Old dan Cristovao, 2003). Sementara itu, di Sorowako, Sulawesi Selatan, pada awal tahun 2005 telah ditemukan penyakit tersebut pada pertanaman sengon di lokasi reboisasi bekas tambang timah (Kasno dan Hadi, 2005). Meskipun epidemi baru terjadi pada tahun 2005, namun diyakini bahwa penyakit telah ada sejak 4 atau 5 tahun sebelumya.
         



3.3.   Penyebab Karat Tumor
Penyebab penyakit karat tumor pada tanaman sengon di Pilipina, Timor Timur, Sabah, serta di Jawa dan Bali telah diidentifikasi sebagai jamur karat (Uromycladium tepperianum) Jamur karat ini hanya memerlukan 1 inang saja yaitu tanaman sengon untuk menyelesaikan seluruh siklus hidupnya. Jamur hanya membentuk satu macam spora yang dinamakan teliospora saja. Secara spesifik, teliospora mempunyai struktur yang berjalur, bergerigi dan setiap satu tangkai terdiri dari 3 teliospora. Ukuran spora berkisar antara lebar 14-20 μm dan panjang 17 to 28 μm.
          Teliospora mudah diterbangkan oleh angin dari satu tempat ke tempat lain ataupun dari tanaman sengon satu ke tanaman yang lain. Apabila telah mendapatkan tempat yang sesuai terutama pada bagian tanaman yang masih muda, dan kondisi lingkungannya menguntungkan, teliospora akan berkecambah membentuk basidiospora. Basidiospora ini dapat secara langsung melakukan penetrasi, menembus lapisan epidermis membentuk hypha di dalam ataupun di antara sel-sel epidermis, xylem dan floem. Infeksi dapat terjadi pada biji, semai maupun tanaman dewasa di lapangan. Semua bagian tanaman meliputi pucuk, cabang, ranting, daun, batang, bunga dan biji dapat terinfeksi oleh jamur tersebut. Pada semai, batang merupakan bagian tanaman yang paling rentan terhadap serangan jamur karat.



3.4.   Gejala Karat Tumor
3.4.1. Gejala Pada Semai
Gejala pada semai sangat bervariasi, dan kadang tidak terlihat secara jelas. Infeksi jamur karat pada semai umur 2-3 minggu menyebabkan daun mengeriting, melengkung dan tidak dapat berkembang dengan normal. Apabila di sentuh, daun terasa kaku dan mudah rontok. Semai menunjukkan pertumbuhan meninggi yang sangat lambat, kering dan mudah rontok.
          Pada semai yang lebih tua (umur 6 minggu), gejala nampak berupa pucuk yang melengkung, bila di raba terasa agak kaku. Batang semai yang terinfeksi, kadang menunjukkan adanya garis putih yang memanjang, jelas atau samar-samar. Di lapangan, gejala ini nantinya akan dengan cepat berkembang membentuk gall di sepanjang batang tersebut. Bentuk gejala yang lain dapat berupa pembengkokan batang, disertai bercak warna coklat pada bagian tersebut.
          Semai semacam ini akan menghasilkan tanaman yang bentuknya tidak lurus, dan pada pembengkokan tersebut akan muncul gall, sehingga batang mudah patah bila tertiup angin.
          Pada semai umur 3 bulan atau lebih yang belum di tanam di lapangan, kadang gall berkembang membesar dan jamur memproduksi ratusan juta spora berwarna coklat yang relatif masih aktif di permukaan gall. Spora tersebut siap diterbangkan angin dan berperan sebagai sumber inokulum bagi semai ataupun tanaman muda sehat lain disekitarnya.



          Gall yang telah tua dan masak, serta memiliki jaringan yang masih baik, kadang digunakan oleh serangga tipe penggerek batang untuk meletakkan telur, yang kemudian akan berkembang menjadi larva. Kadang, orang keliru karena menyangka serangga tersebutlah yang menyebabkan gall. Padahal larva tersebut hanya sebagai sekunder atau menumpang pada gall saja.

.3.4.2.   Gejala Pada Sengon Dewasa
Karat Tumor pada sengon dewasa memiliki gejala yang khas yaitu pertumbuhan lebih (hiperplasia) pada bagian tumbuhan yang terserang. Gejala penyakit diawali dengan adanya pembengkakan lokal dibagian tanaman yang terserang. Lama kelamaan pembengkakan akan berubah menjadi benjolan-benjolan yang kemudian menjadi bintil-bintil kecil atau disebut Tumor.
          Tumor yang timbul memiliki bentuk bervariasi mulai bulat sampai tidak beraturan dengan diameter mulai dari beberapa milimeter sampai dengan lebih besar dari 10 cm. Tumor tersebut dapat mengelompok atau menyebar pada bagian tanaman yang terserang. Tumor yang masih muda berwarna hijau kecoklatan yang diselimuti oleh lapisan seperti tepung berwarna agak kemerahan yang merupakan kumpulan dari spora patogen. Tumor yang sudah tua berwarna coklat kemerahan sampai hitam dan biasanya tumor sudah keropos berlubang serta digunakan sebagai sarang semut atau serangga lainnya.



3.5.   Tehnik Pengendalian Karat Tumor
3.5.1.  Aspek Teknis
3.5.1.1.  Pengelolaan Masa Persemaian
Lokasi persemaian hendaklah dipilih di tempat terbuka, pada ketinggian di bawah 250 m dpl. Hal ini berguna untuk mengurangi serangan karat tumor pada awal pertumbuhan semai. Monitoring gejala penyakit karat tumor harus dilakukan secara teratur sejak dini. Dengan demikian, pengetahuan tentang gejala dini penyakit karat tumor pada semai harus segera disosialisasikan.
3.5.1.2.  Seleksi Benih
Penggunaan benih yang telah disertifikasi sangat dianjurkan. Setidaknya, benih harus berasal dari pohon yang jelas asal-usul dan karakteristiknya. Perlakuan benih harus dilakukan dengan tepat untuk mengurangi resiko terbawanya jamur melalui benih. Jamur Uromycladium tepperianum dapat terbawa melalui biji (seed transmitted), namun bukan merupakan jamur yang berasal dari biji (seed born).
3.5.1.3.  Pengelolaan Lahan
Pemilihan lokasi tanam perlu dilakukan secara tepat. Dianjurkan pada lokasi di bawah 300 m dpl. Monitoring secara teratur  dan pembuangan inokulum yang berupa tumor (gall).
          Penjarangan tanaman perlu dilakukan antara lain untuk meningkatkan jumlah sinar matahari yang masuk dan mengurangi kelembaban, sehingga mengurangi resiko serangan karat tumor. Penjarangan diprioritaskan untuk mengeluarkan tanaman yang pertumbuhannya kurang baik, tertekan atau telah menunjukkan gejala karat tumor pada tingkat lanjut.

3.5.2.   Aspek Budidaya
Ekologi hutan tanaman dan hutan rakyat tidak sama. Dengan demikian strategi penanggulangan penyakit karat tumor di hutan rakyat dan di hutan tanaman menjadi berbeda.
          Telah diketahui bahwa jamur karat Uromycladium tepperianum dapat menyelesaikan seluruh siklus hidupnya hanya dalam satu inang saja. Sementara itu, sengon di hutan tanaman cenderung sejenis, seumur, dan dalam skala luas, maka monitoring secara intensif sangat dianjurkan. Langkah menghilangkan sumber inokulum berupa gall  sangat membantu dalam menurunkan sumber inokulum yang ada.
          Di sisi lain di hutan rakyat, sengon di tanam secara tumpang sari. Meskipun sampai saat ini jamur Uromycladium tepperianum hanya diketahui menyerang tanaman sengon saja, namun mengingat perilaku jamur karat yang mudah membentuk ras patogenik baru, maka sebaiknya tumpang sari atau tanam campur perlu di pilih dengan jenis-jenis yang bukan keluarga polong-polongan (leguminoceae). Hal ini dimaksudkan antara lain untuk mengurangi tingkat kecepatan penyebaran penyakit di lapangan. Namun, monitoring secara teratur tetap merupakan salah satu cara yang dapat diandalkan untuk membatasi jumlah inokulum di lapangan.
         



BAB IV
PENUTUP
4.1.   Kesimpulan
Serangan karat tumor pada sengon di Indonesia khususnya di Pulau Jawa terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah telah mencapai tingkat epidemik. Hal ini akan berdampak pada ketersediaan dan kesinambungan bahan baku untuk industri kayu berbasis sengon.
          Pengelolaan penyakit secara terpadu yang efektif dan efisien perlu dilakukan sesegera mungkin. Aplikasi perpaduan antara cara mekanik (pemangkasan tumor sebelum perlakuan) dengan bahan-bahan seperti belerang, kapur, belerang-kapur, belerang-garam dan kapur-garam terbukti efektif untuk menghambat pertumbuhan (fungistatik) karat tumor pada sengon.
Oleh karena itu kerja sama dari pemerintah, peneliti, Lembaga Swadaya Masyarakat, pengusaha, tokoh masyarakat, APHI (Asosiasi pengusaha hutan Indonesia), MPI (Masyarakat Perkayuan Indonesia) serta pihak lain yang terkait perlu segera digalakkan, untuk mencapai solusi terbaik bagi penanggulangan penyakit karat tumor pada sengon di Indonesia.



BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Djafaruddin.2000.Dasar-dasar pengendalian penyakit tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
Anggraeni, Illa. dan Lelana, Neo Endra.2011.PENYAKIT KARAT PADA SENGON. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.Jakarta. (Ebook)
http://erizco.wordpress.com/sengon.html
(Diakses pada tanggal 23 Desember 2012 pukul 20.01 WIB)
http://suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fusection=beritacetak.detailberitacetak&id_b.3/4/2009. Tumor-Ancam-Belasan-Ribu-Ha-Sengon.
(Diakses pada tanggal 26 Desember 2012 pukul 15.05 WIB)
http://addthis.com/bookmark.php?V=20.Petani-Sengon-Vs-Karat-Tumor.10Juni2009.
(Diakses pada tanggal 26 Desember 2012 pukul 15.07 WIB)
http://sengonmerah.co.cc/tag/sengon.merah/Karat-Tumor-Serang-Sengon.1April 2009
(Diakses pada tanggal 26 Desember 2012 pukul 16.00 WIB)
http://4.bp.blogspot.com/-dsnxEmbbokI/SsuR-Do.htI/AAAAAAAA x B4/.dp2kx EythA/s1600h/Sengonpun+bisa+tumor.jpg.
(Diakses pada tanggal 26 Desember 2012 pukul 16.01 WIB)
http://4.bp.blogspot.com/-dsn xEmbbok I/SsuR-Do.htI/AAAAAAAAxB4/.dp2kx EythA/s1600h/Sengonpun+bisa+tumor.jpg.Serangan-Tumor-sengon-meluas. (Diakses pada tanggal 26 Desember 2012 pukul 20.37 WIB)
http://www.addthis.com/bookmark.php.v=10.Ribuan-batang-albasia-terserang- karat-tumor-by-Republik-Newsroom.Selasa, 26 Mei 2009.
(Diakses pada tanggal 26 Desember 2012 pukul 20.40 WIB)
Makalah Workshop Penanggulangan Serangan Karat Puru pada Tanaman Sengon 19 November 2008 Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (Ebook)


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar